Kanzus Shalawat Blora: Antara Nama Religius dan Framing Kontroversial

*Kanzus Shalawat Blora: Antara Nama Religius dan Framing Kontroversial*

 

Majelis Kanzus Shalawat Blora, yang seharusnya membawa pesan shalawat dan kedamaian, justru tersandung kontroversi karena dugaan framing dan manipulasi informasi. Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah video yang diduga menghina Sri Sultan Hamengkubuwono X, sehingga memicu kemarahan dari trah Hamengkubuwono II.

 

*Video Manipulatif dan Framing terhadap Sri Sultan HB X*

Dalam video yang sempat dipublikasikan oleh Kanzus Shalawat Blora, terlihat seolah-olah Sri Sultan HB X sedang memberikan doa kepada Kabib Luthfi bin Yahya melalui video call. Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa video tersebut adalah hasil editan. Video asli dari Sri Sultan HB X sebenarnya berasal dari acara pengajian pada 29 Januari 2020, di mana pembicara dalam acara tersebut berasal dari Majelis Darul Hasyimi, yang diasuh oleh Kabib Luthfi bin Yahya.

Keanehan muncul karena dalam video yang beredar, seolah-olah percakapan itu terjadi di tahun 2025. Padahal, pihak Kraton Ngayogyakarta telah memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan Darul Hasyimi dan Kabib Luthfi bin Yahya setelah terungkapnya dugaan pemalsuan makam KRT Sumadiningrat—seorang pahlawan Mataram—menjadi Habib Hasan bin Yahya. Hal ini semakin memperkuat indikasi bahwa video yang beredar merupakan hasil manipulasi.

 

*Kemarahan Trah HB II dan Penghapusan Video*

Tak lama setelah video ini mendapat kritik keras dari trah Hamengkubuwono II, terutama dari Den Dibyo, video tersebut langsung dihapus oleh pihak Kanzus Shalawat Blora. Sayangnya, video yang sudah tersebar luas kembali diunggah ulang oleh beberapa kanal YouTube lain. Salah satunya dapat ditemukan di tautan berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=NSsxbSQG4PM

 

Trah HB II merasa bahwa video yang dipublikasikan tersebut merupakan bentuk penghinaan terhadap Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang tidak pernah melakukan video call seperti yang ditampilkan dalam video editan tersebut.

*Dugaan Pengaruh Buruk dari Klaim Nasab yang Tidak Valid*

Kasus ini menjadi refleksi yang menarik terkait dugaan klaim nasab yang tidak valid dari klan Ba’alwi. Jika seseorang benar-benar memiliki garis keturunan dari Nabi Muhammad SAW, maka seharusnya kejujuran dan integritas menjadi prioritas utama. Namun, kasus ini justru menunjukkan bahwa para pengikut kelompok ini dengan mudah melakukan perbuatan manipulatif untuk kepentingan tertentu.

Penggunaan agama sebagai alat framing dan penyebaran informasi palsu merupakan tindakan yang bukan hanya mencederai nilai-nilai Islam, tetapi juga merusak reputasi individu yang terlibat. Jika benar adanya bahwa Kabib Luthfi bin Yahya terlibat dalam pemalsuan makam dan framing video, maka publik berhak mempertanyakan moralitas dan kejujuran dari kelompok ini.

 

*Harapan agar Kejujuran Dikembalikan*

Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak agar tidak mudah percaya pada informasi yang tidak terverifikasi, terutama yang berkaitan dengan tokoh agama dan pemimpin daerah. Bagi mereka yang telah menyebarkan video manipulatif ini, diharapkan segera menyadari kesalahan mereka dan bertobat agar tidak lagi menebarkan informasi yang keliru kepada masyarakat luas.

Kejadian ini juga menjadi bukti bahwa validitas nasab yang tidak jelas dapat berujung pada perilaku yang jauh dari nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, penting bagi umat untuk tetap kritis terhadap klaim-klaim yang tidak didukung oleh bukti yang sahih dan ilmiah.

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *