*Habib: Gelar Suci yang Dijual Murah oleh Klan Ba’alwi*
Di hadapan sejarah, klaim mulia justru sering menjadi jebakan kehormatan palsu. Salah satu contohnya: klan Ba’alwi. Mereka ke mana-mana menuntut dipanggil habib, seolah kemuliaan itu menetes otomatis hanya lewat jubah, sorban, dan nasab yang klaimnya kian kabur jika diteropong serius.
*Catatan sejarah yang sering dilupakan*
Sebelum menampar publik dengan gelar suci, mari kita intip catatan faktual. Orang pertama yang mendeklarasikan diri memakai gelar habib adalah Umar bin Abdurrahman Alattas (992–1072 H / 1572–1652 M). Lahir di Desa Lisk, dekat Kota Inat, Hadhramaut, Yaman. Tidak ada riwayat bahwa Rasulullah ﷺ, para sahabat, Khulafaur Rasyidin, bahkan cucu-cucu langsung Nabi seperti Hasan, Husain, Zainul Abidin atau Muhammad al-Baqir menempelkan gelar habib di depan nama mereka. Cukup dengan keteladanan, bukan klaim gelar kosong.
Referensi ini tertulis dalam naskah-naskah Hadhramaut seperti Al-Mu’allafaat al-‘Atthasiyyah karya Alawi bin Thahir al-Haddad, yang menyoroti bagaimana sebutan kehormatan itu muncul belakangan, bukan tradisi murni Rasulullah ﷺ.
*Fakta filologi yang mencurigakan*
KH Imaduddin Utsman al Bantani, peneliti independen, memaparkan melalui penelusuran manuskrip bahwa rantai silsilah Ba’alwi penuh lubang gelap. Nama Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir—tokoh sentral klaim Ba’alwi—tidak muncul di sumber primer abad ke-4 H. Justru dicatat Ali al-Sakran pada abad ke-9 H tanpa rujukan sebelumnya. Ini metode kilat cocoklogi, bukan riset ilmiah.
Prof. Dr. Manachem Ali, filolog Universitas Airlangga, juga menegaskan bahwa silsilah Ba’alwi banyak bersandar pada cerita lisan dan manuskrip sekunder tanpa isnad historis yang bisa diverifikasi.
*Genetika menelanjangi klaim*
Bagaimana kalau diuji di laboratorium? Riset haplogroup modern, seperti dijelaskan Dr. Michael Hammer (University of Arizona) dan Dr. Sugeng Sugiarto (genetika Indonesia), menegaskan jalur patrilineal Bani Hasyim Rasulullah ﷺ jelas berada di haplogroup J1. Ini penanda khas Arab Quraisy keturunan Nabi Ibrahim AS.
Namun sampel DNA beberapa Ba’alwi Hadhramaut yang diuji independen justru menunjukkan haplogroup G — cabang Eurasia Barat yang lazim muncul di populasi Kaukasus, Iran, Anatolia, bahkan di beberapa jalur Persia non-Arab. Ini di luar garis J1 Bani Hasyim. Ada juga Ba’alwi lain yang terdeteksi haplogroup L atau E1b1b, cabang yang tidak nyambung dengan jalur Nabi Muhammad ﷺ.
Temuan ini memupus retorika sakral sayyid warisan Bani Hasyim. Tidak sinkron di lab, gugur di klaim.
*Realitas agama yang diabaikan*
Ironisnya, habib adalah gelar yang hanya Allah sematkan pada Rasulullah ﷺ. Lihat dalam Maulid Diba’: Ya Habib salam ‘alaika. Muhammad ﷺ adalah Habibullah—Kekasih Allah. Nabi Ibrahim bergelar Khalilullah (Sahabat Allah). Musa Kalimullah (Yang diajak bicara Allah). Isa Ruhullah (Ruh Allah). Tak satu pun nabi menempel gelar habib di namanya. Yang berani? Yahudi masa lampau yang merasa umat terpilih.
Hari ini, Ba’alwi menebar gelar habib ke mana-mana, menuntut publik taklid dan mencium tangan. Dari mana logikanya? Dimana akarnya?
*Publik harus sadar*
Mulia itu bukan klaim darah, tapi akhlak dan kontribusi. Rasulullah ﷺ pun tidak pernah menuntut kehormatan turun-temurun. Beliau meninggalkan umat, bukan kerajaan nasab. Kalau masih ada yang menjual gelar habib sambil menutupi lubang sejarah, naskah filologi, dan mismatch DNA, itu bukan keturunan mulia—itu branding genealogis yang merusak akal sehat umat.
Mari hormati siapapun yang berakhlak, berilmu, dan bermanfaat—meski tanpa gelar. Dan mari sudahi penghormatan palsu pada gelar yang dijual murah di baliho haul dan stiker mobil.
*Referensi:*
- Michael F. Hammer et al.: “Y Chromosome Haplogroups and the Origins of the Semitic Peoples” (University of Arizona).
- KH Imaduddin Utsman al Bantani, Penelusuran Nasab Klan Ba’alwi.
- Prof. Dr. Manachem Ali, filologi silsilah Arab Nusantara.
- Dr. Sugeng Sugiarto, riset haplogroup Nusantara.
- Kitab Maulid Diba’.
- Catatan sampel DNA independen Hadhramaut-Yemen, publikasi forum Y-DNA Arabia 2020.