JEJAK GENETIK KLAN BA’ALWI DAN ZIONIS ISRAEL: DARI KHAZARIA KE NUSANTARA

*JEJAK GENETIK KLAN BA’ALWI DAN ZIONIS ISRAEL: DARI KHAZARIA KE NUSANTARA*

Di balik sorban yang berayun dan klaim suci tentang keturunan Nabi Muhammad SAW, sebuah temuan ilmiah muncul bagai kilat menyambar pohon tua. Sebuah nama besar dalam peta sejarah keturunan Islam, Klan Ba’alwi, kembali dipertanyakan klaimnya. Bukan oleh fatwa atau ulama. Tetapi oleh penemuan DNA.

Genetik. Ilmu yang tak bisa disuap, tak tunduk pada gelar, dan tak peduli pada legenda. Jejak biologis ini menunjukkan bahwa leluhur Klan Ba’alwi yang selama ini dikenal luas sebagai habib, justru membawa haplogroup G—sebuah kelompok genetik yang sama dengan milik penguasa bangsa Israel modern: Yahudi Ashkenazi.

Bukan J1, haplogroup yang diwariskan oleh bangsa Arab asli, yang oleh banyak ilmuwan genetika dihubungkan dengan garis keturunan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW. Melainkan G, haplogroup yang dominan ditemukan dalam populasi Kaukasus dan Yahudi Ashkenazi dari wilayah Khazaria—sebuah kekaisaran kuno yang pada abad ke-8 memeluk agama Yahudi secara massal.

Jika Zionis Israel mengklaim keturunan Nabi Ibrahim AS untuk merebut tanah Palestina, klan Ba’alwi mengklaim keturunan Nabi Muhammad SAW untuk merebut otoritas spiritual di Nusantara. Namun, fakta genetika mengungkap cerita yang berbeda.

Penelitian genetika oleh Dr. Eran Elhaik, ahli genetika molekuler dari Universitas Tel Aviv dan peneliti di Johns Hopkins, menunjukkan bahwa mayoritas Yahudi Ashkenazi bukan berasal dari tanah suci, melainkan dari Khazaria—sebuah kerajaan di wilayah Kaukasus yang secara massal memeluk agama Yahudi pada abad ke-8 M. Dalam makalah ilmiahnya (2013, Genome Biology and Evolution), Elhaik mengungkap bahwa gen Ashkenazi didominasi unsur Khazar hingga 38 persen, sementara komponen Timur Tengah sangat kecil.

Yang menarik, haplogrup G—penanda genetik khas Yahudi Khazar—juga ditemukan dalam DNA mayoritas klan Ba’alwi. Ini menimbulkan tanda tanya besar: jika Ba’alwi adalah keturunan Nabi Muhammad SAW (yang secara genetika berada di jalur haplogrup J1 khas Quraisy), mengapa mereka justru memiliki haplogrup G?

*DARI KHAZARIA KE HADHRAMAUT, LALU NUSANTARA*

Migrasi Yahudi Khazar tidak terjadi secara langsung ke Nusantara. Setelah runtuhnya Khazaria akibat invasi Rusia dan Muslim steppe, sebagian dari mereka bermigrasi ke kawasan Timur Tengah, termasuk Hadhramaut, Yaman. Di sinilah transformasi identitas terjadi. Melalui asimilasi kultural dan pencitraan keagamaan, mereka membangun narasi keturunan Nabi—meski tanpa bukti sejarah dan filologi yang valid.

Pada abad ke-17 hingga ke-19, saat kolonialisme Belanda menguat di Hindia Timur (Indonesia), klan Ba’alwi justru mendapatkan akses istimewa. Belanda memfasilitasi masuknya mereka ke Nusantara sebagai agen sosial dan keagamaan, untuk menetralkan perlawanan pribumi. Sejak itu, mereka menyebar ke berbagai wilayah—dengan membawa narasi “habib” dan silsilah spiritual yang tidak bisa dikritisi.—

*STRATEGI ZIONISME, NARASI BA’ALWI*

Ba’alwi: Keturunan Nabi atau Warisan Khazar?

Menariknya, DNA haplogroup G yang ditemukan pada banyak tokoh Klan Ba’alwi menunjukkan kesamaan pola. Peneliti Indonesia seperti Dr. Sugeng Sugiarto mencatat bahwa mereka yang mengklaim berasal dari jalur Nabi Muhammad SAW sejatinya seharusnya membawa haplogroup J1. Fakta bahwa Ba’alwi membawa haplogroup G—yang sama dengan Yahudi Khazar—memunculkan pertanyaan besar yang tak lagi bisa dibungkam dengan narasi ‘syuhrah wal istifadhah’.

Jika Zionis Israel berdalih mereka keturunan Nabi Ibrahim demi menguasai tanah Palestina, maka klaim Klan Ba’alwi sebagai cucu Nabi Muhammad digunakan untuk mengklaim kepemimpinan spiritual dan sosial atas umat Islam di Indonesia—bahkan mengklaim bahwa negeri ini adalah “milik wali Tarim”. Sama seperti Israel yang menancapkan simbol palsu di tanah suci, klan ini menanam nisan palsu di makam-makam pahlawan: dari Diponegoro, Imam Bonjol, hingga KRT Sumadiningrat, yang secara terang-terangan diubah menjadi “bin Yahya”.

*GENETIKA MENOLAK PEMBOHONGAN*

Fakta genetika tidak bisa dibantah: haplogrup G bukan milik Bani Hasyim. Jalur ini justru berakar dari populasi Kaukasus dan Eropa Timur, bukan dari Makkah atau Madinah. Maka, sebagaimana Zionisme yang dibongkar oleh ilmuwan Yahudi sendiri seperti Elhaik, narasi Ba’alwi pun patut dikaji ulang oleh para ilmuwan Muslim—agar bangsa ini tidak terus tertipu oleh klaim spiritual yang mengaburkan sejarah.

*Pola-Pola Lama, Nama yang Berbeda*

Pola kolonialisme spiritual ini mencerminkan mentalitas yang mirip. Jika Israel menjarah tanah dan menghapus jejak sejarah Palestina, Klan Ba’alwi menjarah sejarah bangsa Nusantara dengan memasukkan tokoh pribumi ke dalam silsilah mereka. Jika Zionis Israel menggunakan mitos darah suci untuk menjustifikasi pendudukan, Ba’alwi menggunakan mitos ‘habib’ untuk menjustifikasi dominasi dan loyalitas buta.

“Gene cannot lie,” tulis Elhaik. Dan seharusnya, umat pun tidak dibutakan oleh kultus. Sebab di balik label mulia, bisa jadi tersembunyi gen yang menyimpan kepentingan politik, ekonomi, dan pengaruh sosial yang berumur panjang.

Kini, masyarakat Indonesia dihadapkan pada realitas. Apakah mereka siap melepaskan diri dari mitos keturunan semu? Ataukah akan terus berada dalam jerat kolonialisme genetik yang menjelma dalam jubah putih dan gelar-gelar warisan?




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *