Kesesatan Ajaran Klan Ba’alwi: Klaim Keistimewaan Mutlak yang Melecehkan Umat Islam (Ihanatul Ummat)

*Kesesatan Ajaran Klan Ba’alwi: Klaim Keistimewaan Mutlak yang Melecehkan Umat Islam (Ihanatul Ummat)*

Dalam Islam, keutamaan seseorang tidak ditentukan oleh keturunan atau klaim kebangsawanan spiritual, melainkan berdasarkan ketakwaan sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:

 

> إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah yang paling bertakwa (QS. Al-Hujurat: 13).

 

Namun, terdapat doktrin dalam ajaran Klan Ba’alwi yang berpotensi merendahkan umat Islam lainnya dan menempatkan kelompok mereka sebagai golongan yang diistimewakan secara mutlak. Salah satu bukti kesesatan ajaran mereka terdapat dalam Kitab Qorrotun Nadzir Bimanaqibi Al-Habib Al-Outhl karya Muhammad bin Thohir bin Umar Al-Haddad, yang menyatakan:

 

> “Kamilah yang dicari, dicintai, dan terkenal di bumi dan di langit.”

 

Pernyataan ini memiliki kemiripan dengan klaim kaum Yahudi dan Nasrani yang ditegur oleh Allah dalam Al-Qur’an:

 

> وَقَالَتِ ٱلْيَهُودُ وَٱلنَّصَٰرَىٰ نَحْنُ أَبْنَٰؤُا۟ ٱللَّهِ وَأَحِبَّٰؤُهُۥ ۚ

“Telah berkata kaum Yahudi dan Nasrani: ‘Kamilah putra-putra Allah dan para kekasih-Nya’” (QS. Al-Ma’idah: 18).

 

*Kesesatan Doktrin Klan Ba’alwi dalam Perspektif Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah*

 

*1. Meremehkan Kaum Muslimin Lainnya (Ihanatul Ummat)*

 

Klaim keistimewaan mutlak yang menyatakan bahwa mereka dicintai oleh Allah lebih dari umat Islam lainnya bertentangan dengan prinsip Islam yang menegaskan bahwa kemuliaan hanya didasarkan pada ketakwaan, bukan nasab.

 

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menegaskan bahwa keutamaan seseorang bukan berdasarkan keturunan, tetapi berdasarkan amal perbuatan dan keikhlasan kepada Allah.

 

*2. Kemiripan dengan Klaim Kaum Yahudi dan Nasrani*

 

Klaim “kamilah yang dicari dan dicintai di bumi dan langit” adalah bentuk kesombongan spiritual yang serupa dengan pernyataan kaum Yahudi dan Nasrani yang mengklaim diri sebagai “anak-anak Allah dan kekasih-Nya” (QS. Al-Ma’idah: 18).

 

Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini adalah celaan terhadap sikap sombong yang menganggap diri lebih dekat kepada Allah dibandingkan umat lainnya.

 

*3. Peringatan dari Ulama Ahlus Sunnah*

 

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah menolak segala bentuk taklid buta terhadap individu atau kelompok tertentu yang mengklaim kedudukan spiritual istimewa tanpa dasar syar’i.

 

Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nashaihul ‘Ibad mengingatkan bahwa kesombongan dalam agama dapat menyesatkan seseorang dan membuatnya lebih dekat kepada kehancuran.

 

 

*Kesimpulan*

Ajaran yang menyatakan bahwa kelompok tertentu memiliki keistimewaan mutlak dalam agama adalah bentuk kesesatan yang bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan ketakwaan sebagai ukuran kemuliaan di sisi Allah. Klaim Klan Ba’alwi dalam kitab Qorrotun Nadzir Bimanaqibi Al-Habib Al-Outhl tidak hanya bertentangan dengan Al-Qur’an, tetapi juga mencerminkan kesombongan spiritual yang telah dikritik oleh para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Oleh karena itu, umat Islam harus berhati-hati terhadap ajaran yang meremehkan kaum Muslimin lainnya dan menjadikan nasab sebagai standar keutamaan, karena Islam menolak segala bentuk keistimewaan yang tidak berlandaskan ketakwaan.

 

Wallahu A’lam Bisshawab.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *