Kitab Sullamut Taufiq Bukan Karya Klan Ba’alwi: Kajian Ilmiah atas Kepengarangan dan Keotentikan

*Kitab Sullamut Taufiq Bukan Karya Klan Ba’alwi: Kajian Ilmiah atas Kepengarangan dan Keotentikan*

 

Kitab Sullamut Taufiq adalah salah satu kitab klasik yang banyak dipelajari di pesantren Indonesia. Namun, terdapat perdebatan mengenai kepengarangan kitab ini, terutama klaim bahwa kitab ini merupakan karya Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim al-‘Alawi al-Hasani al-Hadhrami. Fakta-fakta yang ditemukan justru menunjukkan bahwa kitab ini bukan karya Ba’alwi, melainkan ulama Nusantara.

 

*Identitas Pengarang Kitab Sullamut Taufiq*

Secara faktual, Sullamut Taufiq selesai ditulis pada tahun 1241 H (1826 M) di Hadramaut, Yaman, dan selama ini dinisbatkan kepada Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir. Kitab ini berisi pokok-pokok ajaran Islam yang terbagi menjadi tiga bagian utama:

  1. *Akidah* – Penjelasan mengenai keyakinan dan dasar-dasar keimanan dalam Islam.
  2. *Fiqih* – Hukum-hukum Islam yang mengatur kehidupan sehari-hari.
  3. *Akhlak* – Etika dan moral seorang Muslim.

Namun, terdapat temuan yang bertentangan dengan klaim kepengarangan Ba’alwi.

 

*Penemuan Manuskrip Kitab Sullamut Taufiq*

Beberapa manuskrip penting telah ditemukan, menjadi bahan perbandingan dalam menelusuri asal-usul kitab ini:

*1. Manuskrip Tahun 1021 H (1612 M) di Madura*

Sebuah manuskrip kitab Sullamut Taufiq bertuliskan tahun 1021 H (1612 M) telah ditemukan dan saat ini disimpan oleh ulama Madura. Temuan ini menunjukkan selisih waktu 214 tahun dari klaim Ba’alwi yang menyatakan kitab ini baru selesai ditulis tahun 1241 H (1826 M). Hal ini menimbulkan dugaan kuat bahwa kitab tersebut merupakan karya ulama Nusantara, bukan karya Sayyid Abdullah.

*2. Manuskrip di Perpustakaan Al-Ahqaf*

Lima manuskrip kitab Sullamut Taufiq ditemukan di Perpustakaan Al-Ahqaf, Yaman, dengan karakteristik sebagai berikut:

  • *Manuskrip Pertama (2677)* – Ditulis oleh Abu Bakar bin Abdullah bin Umar bin Yahya pada 1243 H. Salinan ini dibuat semasa hidup pengarang, memiliki sedikit kesalahan dan penghilangan.
  • *Manuskrip Kedua (2647)* – Tidak bertanggal, penulis tidak diketahui. Memiliki banyak kesalahan dan penghilangan.
  • *Manuskrip Ketiga (2719)* – Ditulis oleh Mubarak bin Muhammad, memiliki banyak kesalahan, penghilangan, serta beberapa tambahan.
  • *Manuskrip Keempat (2809)* – Ditulis oleh Ali Daruss bin Ahmad bin Syihab pada 1246 H. Disalin semasa hidup pengarang dengan sedikit kesalahan.
  • *Manuskrip Kelima (2826)* – Ditulis oleh Awad bin Muhammad Bafadol pada 1280 H. Memiliki perbedaan signifikan dibandingkan naskah lainnya.

Perbedaan antara manuskrip-manuskrip ini menunjukkan ketidaksepakatan dalam isi dan otentisitas kitab, yang semakin menguatkan dugaan bahwa kitab ini telah mengalami banyak perubahan dan kemungkinan bukan berasal dari satu pengarang tunggal.

 

*Dugaan Konspirasi dan Kejanggalan dalam Kepengarangan*

Dengan mempertimbangkan berbagai temuan di atas, muncul beberapa hipotesis:

  1. *Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir bukan Ba’Alwi* – Nama beliau telah “di-Ba Alwi-kan” meskipun faktanya bukan bagian dari mereka.
  2. *Tidak ditemukan manuskrip asli tulisan Sayyid Abdullah* – Keotentikan kitab ini masih dipertanyakan karena tidak ada manuskrip asli dari pengarangnya.
  3. *Kitab ini sebenarnya karangan ulama Nusantara* – Berdasarkan temuan manuskrip tahun 1021 H di Madura, sangat mungkin kitab ini adalah karya ulama Nusantara yang kemudian diklaim oleh Ba’alwi.
  4. *Syekh Abdullah mungkin hanya menyalin kitab ini*– Besar kemungkinan Syekh Abdullah hanya menyalin kitab Sullamut Taufiq dan kemudian diklaim sebagai karyanya, mirip dengan kasus kitab Ratib yang sebenarnya karya Syekh Ar-Rifa’i tetapi diklaim sebagai milik Habib Abdullah al-Haddad.
  5. *Kemungkinan Syekh Abdullah adalah sosok fiktif* – Tidak ada informasi jelas mengenai tahun wafat Syekh Abdullah, sehingga ada kemungkinan bahwa ia adalah tokoh fiktif yang dibuat untuk mendukung klaim Ba’alwi.

 

 

*Kesimpulan*

Dari berbagai bukti dan temuan ilmiah yang ada, dapat disimpulkan bahwa:

  • Kitab Sullamut Taufiq bukanlah karya Ba’alwi, melainkan ulama Nusantara.
  • Terdapat indikasi kuat bahwa kitab ini telah diklaim oleh kelompok Ba’alwi dan mengalami perubahan isi melalui berbagai salinan manuskrip.
  • Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengungkap sejarah asli kitab ini dan memastikan otentisitas kepengarangan yang sebenarnya.

 

Dengan demikian, umat Islam perlu lebih kritis dalam menerima klaim kepengarangan kitab-kitab klasik agar tidak terjebak dalam distorsi sejarah yang telah terjadi selama berabad-abad.

Wallahu A’lam.

 

Dibawah ini merupakan dokumentasi Arsip Kitab Kuno Warisan Wali Songo:

Dokumen ini merupakan arsip kitab-kitab klasik yang merupakan peninggalan para leluhur, khususnya Wali Songo. Kitab-kitab tersebut mencakup:

  • Sulam Safinah
  • Sulam Taufiq
  • Kitab-kitab lain yang berasal dari warisan keilmuan Wali Songo dan ulama Nusantara.

Arsip ini terdiri dari manuskrip-manuskrip kuno yang menjadi bukti autentik terhadap karya-karya besar ulama terdahulu. Keberadaan dokumen ini sangat penting dalam memahami sejarah keilmuan Islam di Nusantara serta kontribusi para ulama dalam membangun tradisi keislaman di wilayah ini.

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *