*Klaim Klan Ba’alwi atas Peristiwa Perobekan Bendera Belanda: Mitos atau Fakta?*
Peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato pada 19 September 1945 adalah salah satu momen heroik dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Peristiwa ini merupakan simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan semangat mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan. Namun, baru-baru ini, muncul klaim dari pihak Klan Ba’alwi yang menyatakan bahwa tokoh utama dalam peristiwa tersebut adalah seorang Waliyullah dari jalur nasab Ba’alawi .
*Menguji Kebenaran Klaim*
I. *Tidak Ada Bukti Historis yang Mendukung*
Sejarah mencatat bahwa tokoh-tokoh utama dalam peristiwa perobekan bendera Belanda adalah pemuda-pemuda nasionalis seperti : Sidik, Hariyono, dan Soedirman . Tidak ada satu pun sumber sejarah kredibel, baik dari arsip nasional maupun catatan saksi mata, yang menyebutkan keterlibatan tokoh Klan Ba’alwi dalam aksi heroik ini.
*Profil Tokoh yang Terlibat dalam Peristiwa Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato, Surabaya (19 September 1945)*
Peristiwa heroik ini terjadi sebagai bentuk perlawanan rakyat Indonesia terhadap upaya Belanda untuk kembali menjajah setelah Proklamasi Kemerdekaan. Berikut adalah tokoh-tokoh utama dalam kejadian tersebut:
________________________________________
1. *Sidik*
🔹 Peran: Pemuda yang gugur dalam peristiwa di Hotel Yamato.
🔹 Aksi:
• Sidik adalah salah satu pemuda yang ikut serta dalam perundingan dengan perwakilan Belanda, WVC Ploegman, yang berlangsung tegang.
• Saat Ploegman mengeluarkan pistol dan menodongkan senjatanya ke arah utusan Indonesia, Sidik dengan sigap menendang pistol tersebut, memicu perkelahian di dalam ruangan.
• Dalam kejadian itu, Sidik tewas sebagai syuhada pertama dalam pertempuran mempertahankan kemerdekaan di Surabaya.
________________________________________
2. *Hariyono*
🔹 Peran: Pemuda yang berkompetisi di Hotel Yamato untuk menurunkan bendera Belanda.
🔹 Aksi:
• Bersama Kusno Wibowo, ia berinisiatif untuk naik ke atap Hotel Yamato.
• Mereka berhasil menurunkan bendera Belanda, lalu merobek bagian birunya.
• Sisa kain merah dan putih kemudian dikibarkan kembali sebagai bendera Indonesia.
________________________________________
3. *Kusno Wibowo*
🔹 Peran: Rekan Hariyono dalam aksi perobekan bendera.
🔹 Aksi:
• Ikut serta dalam aksi heroik naik ke puncak Hotel Yamato.
• Bersama Hariyono, ia memastikan bendera Merah Putih tetap berkibar sebagai simbol kemerdekaan.
________________________________________
4. Residen Soedirman
🔹 Peran: Wakil Residen Surabaya yang memimpin perundingan dengan pihak Belanda.
🔹 Aksi:
• Sebagai pejabat pemerintah Indonesia, ia mencoba menyelesaikan ketegangan dengan pihak Belanda secara diplomasi.
• Perundingan berakhir ricuh ketika Ploegman menyetujui tidak mau menurunkan bendera Belanda.
• Setelah pertarungan pecah, peristiwa ini memicu aksi heroik pemuda-pemuda Surabaya yang akhirnya mengibarkan kembali bendera Merah Putih.
II. *Strategi Klaim Sepihak yang Berulang*
Klan Ba’alwi memiliki pola khas dalam membangun narasi sejarah, yaitu dengan mengklaim peran tokoh-tokoh nasional sebagai bagian dari keturunan mereka , meskipun tanpa bukti kuat. Sebelumnya, mereka juga dikaitkan dengan tokoh-tokoh lain seperti Pangeran Diponegoro dan Imam Bonjol—klaim yang sudah banyak dibantah oleh para sejarawan.
III. *Menggunakan Gelar Keagamaan untuk Legitimasi*
Dengan menyebut tokoh tersebut sebagai Waliyullah , mereka berusaha menciptakan kesan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia memiliki “keberkahan spiritual” dari Klan Ba’alwi. Ini adalah narasi yang dibuat untuk meningkatkan pengaruh mereka di masyarakat.
IV. *Dokumen yang Tidak Bisa Diverifikasi*
Klaim bahwa ada “ID Card negara” seorang jenderal bintang lima yang berasal dari Ba’alawi yang disimpan di brankas di Palu terdengar sangat mencurigakan. Sejarah militer Indonesia mencatat bahwa *tidak ada jenderal bintang lima dari Klan Ba’alwi yang ikut terlibat dalam peristiwa 19 September 1945* . Jika memang ada bukti autentik, mengapa tidak dipublikasikan secara resmi?
*Kesimpulan: Upaya Distorsi Sejarah*
Klaim bahwa perobek bendera Belanda di Hotel Yamato adalah Waliyullah dari Klan Ba’alwi adalah distorsi sejarah yang tidak memiliki dasar bukti. Ini adalah bagian dari propaganda strategi untuk menanamkan kesan bahwa Klan Ba’alwi selalu memiliki peran penting dalam sejarah bangsa, meskipun kenyataannya nama mereka tidak tercatat dalam dokumen resmi sejarah perjuangan Indonesia .
Sejarah harus berdasarkan fakta , bukan sekedar klaim sepihak tanpa bukti. Jika mereka benar-benar ingin menunjukkan keterlibatan seseorang dalam peristiwa besar ini, maka bukti ilmiah dan sejarah yang kredibel harus dikedepankan, bukan sekedar narasi mistik dan klaim tanpa dasar