SEBUAH KISAH DARI KLAN BA’ALWI: BERTEMU DENGAN WAJAH NABI HUD AS YANG  GOSONG

SEBUAH KISAH DARI KLAN BA’ALWI: BERTEMU DENGAN WAJAH NABI HUD AS YANG  GOSONG

Mengungkap Penyimpangan Akidah yang Bertentangan dengan Dalil Al-Qur’an dan Hadis

Dalam kitab klan ba’alwi, Habib Abdurrahman Assegaf mengisahkan pertemuannya dengan Nabi Hud AS, yang disebut-sebut memiliki wajah gosong akibat menanggung dosa para peziarah yang datang di makamnya.
Klaim ini bertentangan dengan ajaran Islam yang jelas mengatur soal pertanggungan dosa.

1. Dalam Islam, Tidak Ada Konsep Menanggung Dosa Orang Lain

Ajaran Islam menegaskan bahwa setiap manusia bertanggung jawab atas dosa dan amalnya sendiri. Tidak ada satu individu yang bisa memikul dosa orang lain. Dalil ini secara tegas disebutkan dalam Al-Qur’an:

> “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”
(Surah Al-An’am, 6:164)

 

> “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
(Surah An-Najm, 53:39)

 

Ayat-ayat ini menegaskan bahwa dalam pandangan Islam, dosa adalah tanggung jawab pribadi yang tidak dapat dialihkan kepada orang lain, termasuk para nabi.

2. Nabi Muhammad SAW Tidak Bisa Menanggung Dosa Keluarganya

Nabi Muhammad SAW, sebagai manusia terbaik yang diutus Allah, bahkan tidak memiliki kuasa untuk menanggung dosa putrinya atau keluarganya. Dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah SAW dengan tegas memperingatkan putrinya, Fatimah RA:

> “Wahai Fatimah binti Muhammad, mintalah kepadaku dari hartaku sesukamu, tetapi aku tidak dapat menolongmu sedikit pun dari (siksa) Allah.”
(Hadis Riwayat Bukhari, no. 2753 dan Muslim, no. 206)

 

Hadis ini menunjukkan bahwa sekalipun seorang nabi, Rasulullah SAW tidak memiliki otoritas untuk memikul dosa orang lain, termasuk anggota keluarganya sendiri.

Analisis dan Tanggapan

Kisah Nabi Hud AS dengan wajah gosong yang dikisahkan menanggung dosa para peziarah yang datang di makamnya adalah bentuk penyimpangan aqidah.
Kisah ini bertentangan dengan prinsip dasar Islam mengenai tanggung jawab individual terhadap dosa, yang ditegaskan dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW.

Penutup

Masyarakat Muslim hendaknya berhati-hati terhadap ajaran atau kisah-kisah yang tidak sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadis. Mengaitkan dosa manusia kepada para nabi tidak hanya menyalahi syariat tetapi juga berpotensi merusak akidah umat.

Semoga informasi ini dapat memberikan pencerahan dan menjaga keutuhan aqidah umat Islam sesuai ajaran Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.

Bahasan kitab sesat tersebut telah dibahas Gus Jazuli dalam link YouTube berikut:




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *