BANTAHAN SEJARAH TERHADAP KISAH HABIB UTSMAN BIN YAHYA & RAPAT AKBAR SAREKAT ISLAM 1913

🛑 *BANTAHAN SEJARAH TERHADAP KISAH HABIB UTSMAN BIN YAHYA & RAPAT AKBAR SAREKAT ISLAM 1913*

Narasi yang beredar mengklaim bahwa pada tahun 1913, HOS Tjokroaminoto datang ke Batavia untuk meminta restu Mufti Batavia (Habib Utsman bin Yahya), dan setelah itu sang mufti bukan hanya merestui, tetapi hadir langsung di Solo dan memberikan sambutan di depan puluhan ribu massa Sarekat Islam.
👉 *Kisah ini tidak sesuai dengan fakta sejarah.*
Berikut poin-poin bantahannya:

❶  *Habib Utsman bin Yahya wafat pada tahun 1913 dalam keadaan sakit*

Habib Utsman lahir tahun 1822 dan meninggal dunia pada 1 Safar 1332 H / 1913 M (Huub de Jonge – Arab Communities in Indonesia 1800–1940, 2012).
Dalam beberapa bulan sebelum wafat, Dia tercatat sakit keras dan nyaris tidak pernah keluar dari kediamannya di Pekojan.
🟰 Artinya, mustahil secara fisik Dia bepergian jauh dari Batavia ke Solo untuk hadir dalam Rapat Akbar Sarekat Islam.

❷  *Jabatannya sebagai Mufti berada di bawah struktur pemerintah kolonial*

Habib Utsman bin Yahya secara resmi diangkat sebagai Mufti Pemerintah Hindia Belanda sejak 1871 dan bertugas memberikan fatwa untuk kepentingan otoritas kolonial (Koloniaal Verslag 1872 dan 1893).
Sementara itu pada tahun 1913, Sarekat Islam dianggap gerakan yang mencurigakan dan anti-pemerintah (Ricklefs – A History of Modern Indonesia since c.1200, 2001).
🟰 Sangat tidak logis bila seorang pejabat agama pemerintah kolonial secara terbuka hadir dan memberi dukungan pada organisasi yang diawasi ketat oleh pemerintahnya sendiri.

❸  *Sarekat Islam memang mengalami kesulitan izin, tetapi tidak pernah mengundang “Mufti Batavia” untuk mengatasinya*

Dalam catatan HOS Tjokroaminoto sendiri (Himpunan Pidato Tjokroaminoto, 1931), dijelaskan bahwa rapat akbar SI Solo 1913 akhirnya mendapat izin karena desakan masyarakat dan tekanan dari pengurus cabang.
Tidak ada keterangan bahwa Tjokro pergi ke Batavia untuk meminta “restu Mufti” atau bahwa Habib Utsman ikut turun tangan.

❹  *Narasi tersebut kontradiktif (30 orang vs 30 ribu orang)*

Kisah yang beredar menyebut:

“Lebih kurang 30 orang menghadiri acara tersebut… 30 ribu masyarakat yang hadir…”

Ini jelas kontradiktif dan menunjukkan narasi tersebut disusun secara dramatis–bukan berdasarkan dokumen faktual rapat Sarekat Islam (lihat: Arsip De Locomotief, 29 Maret 1913).

❺  *Tidak ditemukan dalam koran Hindia Belanda laporan kehadiran Habib Utsman*

Media kolonial seperti Bataviaasch Nieuwsblad, Het Nieuws van den Dag dan De Expres justru secara lengkap melaporkan rapat besar Sarekat Islam Solo 1913, termasuk daftar tokoh yang hadir.
🟥 *Nama Habib Utsman BIN YAHYA tidak tercatat sama sekali* di daftar pembicara maupun tamu undangan.

✅ *KESIMPULAN*

  • Habib Utsman bin Yahya sudah sangat tua dan dalam keadaan sakit berat pada tahun 1913 (tahun wafat),
  • Ia merupakan Mufti resmi Hindia Belanda, sehingga posisinya tidak mungkin menghadiri rapat Sarekat Islam yang saat itu sedang diawasi kolonial,
  • Catatan sejarah Sarekat Islam tidak mencatat adanya kedatangan atau sambutan Mufti Batavia,
  • Narasi tersebut mengandung kontradiksi internal dan tidak didukung sumber primer.

👉 Dengan demikian, *kisah tersebut dapat dikategorikan sebagai manipulasi sejarah yang bertujuan membangun citra palsu bahwa tokoh klan Ba’alwi ikut berperan dalam kebangkitan nasional.*

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *