INILAH 6 POIN KEANEHAN PADA KLAN BA’ALWI
Poin Pertama,
Kekosongan data PRIMER, yang ada hanya data SEKUNDER yang muncul 5,5 abad kemudian. Ingat, 550 tahun ini bukan waktu yang pendek !
Poin Kedua,
Data sekunder tersebut sifatnya internal atau pengakuan sepihak dari Klan Ba’alwi sendiri. Dan apabila ada data eksternal pun itu hanya dugaan dari orang lain yang kapasitasnya bukan dari Naqib atau ahli nasab.
Poin Ketiga,
Patut dipertanyakan apakah ada kesaksian dari keturunan 3 putra Sayyid Ahmad bin Isa yang lain (Muhammad, Ali dan Husein) terkait hijrahnya Sayyid Ahmad bin Isa ke Yaman dan memiliki seorang anak ke-4 yang ikut hijrah bernama Ubaidillah. Karena Ubaidillah yang ikut hijrah ini sudah dewasa, harusnya semua saudaranya tahu serta dicatat ahli nasab. Mengapa kesaksian dari 3 putra ini penting? Karena merekalah yang tercatat di kitab-kitab Nasab secara kuat. Apabila tidak ada kesaksian diatas maka jelas Hijrahnya Sayyid Ahmad bin Isa dan sosok Ubaidillah adalah fiktif belaka.
Poin Keempat,
Ketika ditinjau kesaksian internal Ba’alwi terkait makam Sayyid Ahmad bin Isa, ternyata juga sangat diragukan kebenarannya. Karena makam itu baru ditemukan di Abad 10 H berdasarkan takwil mimpi. Sungguh menggelikan apabila klaim sejarah hanya dibangun dari ilusi dan mimpi semata.
Poin Kelima,
Datuk-datuk Ba’alwi disebutkan sebagai seorang Imam dan Wali-Wali Quthub besar di jamannya. Tentunya harus terkonfirmasi oleh dunia Islam di jaman itu terkait kebesaran nama dan karyanya. Namun nyatanya cerita itu bak dongengan yang hanya muncul secara sepihak di lingkungan mereka saja. Seperti Al Faqih Muqoddam yang maqomnya melebihi Waliyullah Legendaris Syekh Abdul Qadir al-Jilani, dimana dia mampu bermi’raj ke langit 70x melebihi Nabi SAW, hingga ontanya hafal jalan-jalan di langit. Dan cerita semacam ini begitu mudah ditemukan di setiap manaqib datuk mereka maupun di majelis ceramahnya demi untuk meyakinkan orang agar percaya serta takut mempertanyakan keabsahan nasab mereka. Penulis menilai ini sebuah modus dengan teknik “Manajemen Ketakutan bagi sebuah Doktrin Penyesatan”.
Point ke Enam,
Ditinjau dari Kajian Genetika, Di era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini, begitu mudahnya mengkonfirmasi sesuatu. Beda dengan jaman dahulu dimana jangankan untuk bertanya Nasab Nabi kepada para Naqib tiap negara, sedangkan untuk berangkat haji saja begitu sulit karena diawasi Penjajah Belanda. Di jaman sekarang komunikasi begitu terbuka dan pendataan juga tercatat dengan lebih baik. Termasuk juga mengetahui garis keturunan dengan Uji Genetika, yaitu TES DNA. Begitu banyak keluarga Nabi yang terdata kuat dan berkesinambungan telah test DNA. Untuk kemudian dikomparasi dengan Keluarga Kerajaan Saudi dan Uni Emirat yang terdata keturunan Nabi Ismail atau dari Bani Adnan. Dikomparasi pula dengan keturunan kabilah-kabilah Arab yang terkonfirmasi sebagai Suku Qurays, dan yang pasti telah dikomparasikan dengan Keluarga Keturunan Nabi Ibrahim lainnya dari jalur Nabi Ishaq atau keturunan Paternal Kaum Yahudi (ingat ya, ini keturunan Paternal, bukan Maternal, apalagi Yahudi Khazar, jangan disesatkan macam-macam !). Maka diperoleh data kuat bahwa Keturunan Nabi Ibrahim garis lurus laki-laki harus berhaplogroup J1, dan telah diketahui kode masing-masing kabilah tersebut. Khusus bagi keturunan Imam Husein bin Ali adalah J1-FGC10500-30416, dimana para Habaib Ba’alwi Yaman ini mengaku keturunannya.
Lalu bagaimana dengan keluarga HABAIB BA’ALWI YAMAN ini? Para pakar Genetik Internasional yang tergabung di dalam ISOGG, telah mengkonfirmasi bahwa mereka malah berhaplogroup G-M406-PF3296. Artinya jangankan mengaku keturunan Nabi Ibrahim, malah orang Arab saja bukan !!!
Wallaahu Alam….