Inilah Motif Kabaib Membohongi Publik
Ada pertanyaan, mengapa Kabaib bisa berbohong? Ada banyak motif mengapa mereka berbohong. Setidaknya ada banyak motif kebohongan, akan tetapi ada tiga motif negatif di belakang tindakan berbohong: menghindari efek buruk atau hukuman, menjaga kepentingan pribadi, dan menjaga citra.
Takut terhadap dampak buruk atau hukuman adalah motif terbesar Kabaib melakukan kebohongan. Lihatlah pada Kabaib ketika mengkonter tesis ilmiyah KH Imaduddin Utsman Al Bantani yang memeriksa tentang nasab Kabaib, betapa canggihnya kebohongan yang mereka pertontonkan. Jangan pernah berharap mereka akan mengakui segudang fakta yang menyatakan bahwa nasabnya Kabaib bukan ke Nabi SAW. Bahkan, Tuhan pun diseret-seret untuk menutupi kebohongannya, bahkan untuk membenarkan perilakunya.
Kebohongan yang canggih sangat mungkin mampu menipu jutaan orang. Tapi pembohong tahu bahwa dia sedang berbohong. Apakah dia sadar bahwa Tuhan tidak bisa dibohongi? Seratus persen dia tahu. Tapi pembohong akan melakukan segalanya untuk menutupi kebohongannya. Kebohongan hanya bisa ditutupi dengan kebohongan-kebohongan selanjutnya.
Menjaga kepentingan pribadi adalah motif terbesar kedua Kabaib berbohong. Kabaib memiliki kepentingan tertentu, dia akan berusaha memengaruhi siapa saja agar kepentingannya terpenuhi. Di sinilah pintu kebohongan terbukan serta bekerja secara sistemik juga sangat terstruktur.
Motif berikutnya adalah menjaga citra. Sekadar gambaran ringan, lihatlah baliho-baliho Kabaib, bahwa mereka punya kepentingan tertentu. Beranikah mereka memberikan informasi secara jujur bahwa dia bukanlah dzuriyah Nabi SAW..? Beranikah dia menulis di bawah fotonya bahwa dia adalah pengkhianat umat yang alih-alih bertobat, tapi malah menutupinya dengan narasi-narasi bohong untuk membenarkan pengkhianatannya?
Kalau ada orang yang tertipu kemudian membenarkan sebuah kebohongan, ini bisa diterima. Namanya juga tertipu. Tapi bagaimana dengan mereka yang tahu bahwa itu sebuah kebohongan tapi tetap mengikutinya, bahkan membenarkannya dan membelanya? Bagaimana fenomena ini bisa dijelaskan?
Penjelasannya adalah bahwa mereka yang tahu sebuah informasi sebagai kebohongan tapi membenarkannya dan membelanya, pada dasarnya orang itu juga berlaku bohong. Jika orang seperti itu pada dasarnya juga pembohong, maka motif di belakangnya sama. Bisa jadi karena khawatir dengan dampak buruk, memiliki kepentingan tertentu, atau menjaga citra, yang semua itu hanya bisa dipenuhi melalui pembenaran kebohongan.
Adakah orang yang seperti ini? Tentu saja ada. Kemungkinan terbesarnya, mereka adalah orang-orang yang selama ini mendapatkan keuntungan (sosial, ekonomi, politik) dari produksi dan penyebaran kebohongan. Mereka ini ketakutan jika kebohongan itu diungkap, maka berbagai keuntungan dan citra dirinya akan runtuh. Dialah yang kita kenal sebagai Mukibin.
Kita perlu mendengar nasehat Sayyidina Ali bin Abi Thalib. “Orang yang berkata jujur akan mendapat tiga hal: kepercayaan, cinta, dan rasa hormat”. Karena itu, jangan berbohong dengan apa yang keluar dari mulutmu. Jika seseorang bertanya, jawablah dengan jujur. Jangan mengelabuhinya atau menyesatkannya. Jika kamu berkata jujur, maka tiga hal akan datang padamu: kepercayaan dari orang; rasa cinta dari orang di sekitarmu; dan rasa hormat yang akan diberikan padamu.”
Waallahu A’lam
Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi, Humas DPP PWI Laskar Sabilillah