Perkuat Pernyataan Hendropriyono, Sejarawan UGM Sebut Sultan Hamid II Khianati RI

Perkuat Pernyataan Hendropriyono, Sejarawan UGM Sebut Sultan Hamid II Khianati RI

Salah satu pakar sejarah Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Djoko Suryo menyatakan bahwa Sultan Hamid II memang pernah melakukan pengkhianatan terhadap Republik Indonesia.

Prof Djoko Suryo menyatakan itu untuk menanggapi video wawancara mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono yang berisi penolakan atas wacana gelar Pahlawan Nasional untuk Sultan Hamid II. Hendropriyono dalam video itu menyebut Sultan Hamid II pengkhianat dan tidak boleh dijadikan Pahlawan Nasional

โ€œApa yang dikemukakan Bapak Hendropriyono itu benar dan sebagai fakta sejarah,โ€ ujar Prof Djoko kepada wartawan, Kamis (18/6). Djoko menambahkan, secara faktual historis Sultan Hamid II benar-benar pro-Belanda dan menentang Republik Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1946-1949. Kala itu RI beribu kota di Yogyakarta. โ€œDia benar-benar berpihak dengan Van Mook. Perbuatannya yang sudah disebutkan di atas membantu Westerling dan melakukan percobaan pembunuhan terhadap Sultan HB IX adalah benar, semuanya terdokumentasi dalam catatan sejarah RI,โ€ tambah dia.

Djoko juga menegaskan bahwa Sultan Hamid II bukan seorang pejuang, melainkan tercatat sebagai pengkhianat RI. โ€œIni merupakan cacat sejarah,โ€ tegasnya. Saat disinggung soal usul tentang penetapan Sultan Hamid II menjadi Pahlawan Nasional, Prof Djoko menganggapnya sebagai hal yang sia-sia.

โ€œAturan untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional itu, salah satunya tidak pernah berkhianat pada negara, sedangkan Sultan Hamid II ini memiliki rekam jejak yang bisa dibuktikan dalam sejarah kita sebagai orang yang berkhianat, jadi tidak mungkin bisa memenuhi persyaratan itu,โ€ tandas dia.

Sultan Hamid II (kanan) bersama Presiden Soekarno. Foto: dok. BBC

Sumber tulisan:https://www.jpnn.com/news/sebut-sultan-hamid-ii-berkhianat-pada-nkri-tak-bisa-jadi-pahlawan-nasional?page=2

Catatan soal kudeta

Dilansir KITLV dalam situsnya, Syarif Hamid tumbuh dalam didikan tentara Kerajaan Belanda (KNIL). Bahkan dia beristrikan perempuan Belanda. Kendati demikian, Syarif Hamid terafiliasi secara politik dengan kaum Republikan Indonesia.

Tahun 1950, ada upaya kudeta dari mantan Kapten tentara kerajaan Hindia-Belanda (KNIL) Raymond Westerling. Dia mendirikan milisi (sipil bersenjata) bernama Angkatan Perang Ratu Adil (APRA).

Dilansir BBC Indonesia, Syarif Hamid atau Sultan Hamid II dianggap terlibat kudeta yang dilakukan Westerling tahun 1950 itu, dan dianggap ingin membunuh Menteri Pertahanan RI Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dia diadili dan dihukum 10 tahun penjara.

Sebagian publik terkejut dengan sebutan Sultan Hamid II sebagai pengkhianat bangsa, tak layak menjadi pahlawan nasional. Pernyataan itu muncul dari mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono.
Hendropriyono menegaskan Sultan Hamid II adalah pengkhianat sebab dia terlibat upaya pemberontakan pemerintahan bersama dengan mantan Kapten KNIL, Raymond Westerling pada masa Republik Indonesia Serikat yang mana pemerintahan dipimpin Perdana Menteri Mohammad Hatta
Hendropriyono menyebutkan Sultan Hamid II yang kala itu Menteri Negara non Portofolio, bersekongkol dengan Westerling menyusun pemberontakan, dan kerap bertemu di Hotel Des Indes pada masa itu.
Kala itu Sultan Hamid II bersikukuh ingin Indonesia dalam bentuk federal, sedangkan arus kuat saat itu menginginkan Indonesia dalam bentuk kesatuan.

.

.

Presiden Soekarno bersama Hamengku Buono IX

Bunuh Sultan Hamengkubuwono IX

Dalam video yang diunggah channel YouTube, Agama Akal TV, AM Hendropriyono mengatakan, berdasarkan catatan sejarah termasuk bukunya Westerling, mantan Kapten KNIL itu mengakui membunuhi ribuan orang dalam sebuah teror pada pemerintahan di Sulawesi Selatan
“Dia (Westerling) datang ke Sulawesi Selatan. Pengakuan dia 3.500 (orang tewas) perhitungan kita itu 40 ribu. Rakyat tak tahu apa-apa dibunuh Westerling. Di Bandung ditembakin, meninggallah Letnan Kolonel Lembong dan lain-lain itu ada di buku sejarah,” ujar Hendropriyono.
Setelah membuat kekacauan di Bandung, Westerling bergerak ke Jakarta untuk menyerbu sidang kabinet yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada 24 Januari 1950. Sidang kala itu dijadwalkan rampung pukul 19.00.
Tugas Westerling dalam aksi itu adalah membunuh anggota kabinet yang rapat yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel Tahi Bonar Simatupang atau TB Simatupang dan Sekretaris Kementerian Pertahanan Ali Budiarjo.
“Sasarannya dari mana? Dari Sultan Hamid II. Untungnya sidang kabinet selesai sebelum 19.00. Rencana penyerbuan Westerling jam 19.00. Jam 18.30 udah bubar rapat jadi terlambat,” ujar AM Hendropriyono.

.

.

Perancang Garuda Pancasila

AM Hendropriyono meluruskan pehamaman bahwa, tugas Sultan Hamid II dalam Kabinet RIS adalah menyelenggarakan acara negara termasuk merancang lambang negara.

Dalam tim perancang lambang negara kala itu, duduk perwakilan dari partai politik. Dinamika terjadi kala itu, rumusan semula lambang Garuda Pancasila dengan tangan manusia, yang ditolak oleh Masyumi. Hendropriyono mengatakan Sultan Hamid II kala itu berkontribusi sebagai koordinator.

“Akhirnya yang mutuskan gambar Garuda Pancasila seperti saat ini adalah dwitunggal Soekarno Hatta,” jelasnya.

Bukan soal Arab atau bukan Arab

Mengenai usulan gelar pahlawan nasional, AM Hendropriyono menolak Sultan Hamid II. Sebab sultan dari Pontianak ini dalam catatan sejarah ikut terlibat dalam pemberontakan.
Dia membantah berlaku rasial dengan menolak Sultan Hamid II yang leluhurnya berasal dari Arab. Bagi mantan Kepala BIN itu, gelar pahlawan bisa siapa saja sepanjang benar-benar jelas memperjuangkan Indonesia bukan sebaliknya. Dia tak menolak keturunan Arab menjadi pahlawan nasional.
“Kita jangan rasialis. Kalau tentang keturunan Arab yang patriotik kan banyak. Pak Hamid Algadri yang saya kenal itu perintis kemerdekaan, itu orang yang harus dicontoh, itu pahlawan. Kalau itu saya setuju,” tuturnya.
Hendropriyono mengenal secara pribadi keturunan dari Hamid Algadri. Misalnya anak Hamid Algadri yaitu Maher Algadri, Sadik Algadri juara nasional dan juara judo di SEA Games.
“Hamid Algadri itu perintis kemerdekaan. Cucunya Nadiem Makarim sekarang Mendikbud(2023). Jadi persoalannya Arab atau bukan Arab. Ini persoalannya adalah kita dudukkan pada proporsinya siapa pahlawan dan siapa yang bukan pahlawan,” jelasnya.
sumber:https://www.hops.id/trending/pr-2942093739/soal-sultan-hamid-ii-pengkhianat-am-hendropriyono-bukan-soal-arab-tuh-ada-nadiem-makarim?page=3




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *