Yamanisasi Dalam Kooptasi Dan Hegemoni Umat Islam Di Nusantara
Timbul-tenggelamnya sebuah bangsa dipengaruhi kreativitas rasionalitas dan dinamika spiritualitasnya. Dan Eropa pun bangkit melalui Renaissance/Aufklarung, yang melahirkan IPTEK/SAINS dan Revolusi Industri. Disusul kemajuan navigasi serta militer, dengan semangat Perang Salib lahirlah Era Kolonialisme Eropa yang menjarah negeri-negeri di Benua lainnya.
Misi Kolonialisme ini terkenal dengan, Gold, mencari emas, rempah-rempah & kekayaan sumber daya alam. Glory, mendapatkan kejayaan dan reputasi. Dan Gospel, penyebaran agama.
Dan Belanda sebuah negara kecil yang tak lebih luas dari Jawa Timur, akhirnya menjajah Nusantara yang jauh lebih luas dan besar. Pastinya selain didukung Teknologi Militer yang lebih maju, juga menerapkan strategi Devide et Impera, memperlemah lawan dengan politik pecah-belah, adu-domba.
Obyeknya, selain antar Keluarga Kerajaan, juga antar suku. Bisa dilihat misal pada Mataram Islam, yang terpecah menjadi Surakarta dan Jogjakarta, lalu disusul Mangkunegaran dan Pakualaman. (Kita berharap, di masa depan Mataram Islam bisa bersatu kembali. Semoga).
Sementara itu untuk antar suku, misalnya Kisah Perang Bubat, yang tidak ada di sumber Primer Majapahit seperti Kitab Negarakertagama, Sutasoma dan Pararaton, atau di naskah-naskah Sunda. Kisah ini justru muncul dalam Kidung Sundayana (1860) di Bali atas suruhan Belanda.
Demi penguasaan yang totaliter, setiap penjajah pasti akan menerapkan :
1. Kaburkan sejarahnya.
2. Hancurkan bukti-bukti sejarah itu, hingga tidak bisa lagi diteliti dan dibuktikan kebenarannya.
3. Putuskan hubungan dengan leluhurnya dengan mengatakan sebagai bodoh dan primitif.
Untuk menjalankan hal tersebut Belanda menggunakan :
1. Politik Sistem Kelas.
2. Konseptor Adu-Domba.
3. Agen Pelaksana di Lapangan.
Uraian sejarahnya sebagai berikut, bahwa Sistem Kelas Rasisme yang rasis ini terbagi dalam :
1. Warga kelas 1, adalah ras kulit putih (keturunan Eropa).
2. Warga kelas 2, adalah imigran Cina dan Arab.
3. Dan kelas 3 atau yang terakhir adalah pribumi yang disebut Inlander, dengan konotasi yang jelek, bodoh atau terbelakang. Bangsawan Pribumi termasuk dalam kelas ini.
Sistem kelas dipergunakan untuk menancapkan superioritas penjajah di daerah jajahan. Bahwa mereka ras termulia dan harus dihormati oleh ras-ras di bawahnya. Sementara ras kedua, Cina dan Arab dipergunakan sebagai kaki-tangan agar tangan penjajah tidak โkotorโ, selain sebagai pelaksana kegiatan ekonomi, juga kepentingan kooptasi keagamaan terutama Islam sebagai agama mayoritas.
Tercatat, termasuk urusan Haji dipersulit dan diawasi, pengurusan surat jalan memakai agensi, dimana biasanya berhubungan dengan para SYEKH atau imigran dari Yaman ini. Dalam kesejarahannya mencatat banyak penyelewengan dan eksploitasi hingga terkenal adanya Haji Singapura, transit di Singapura bisa berangkat bisa tidak tergantung kesepakatan.
Keberhasilan Hemper di Hijaz dengan Revolusi Bani Saud serta Paham Wahabinya, yaitu menciptakan agen lokal untuk memberontak kepada Syarif Makkah (penguasa Hijaz dari keturunan Nabi, sebagai kepanjangan tangan dari Khilafah Usmani Turki).
Rupanya membawa inspirasi bagi Belanda yang dipusingkan dengan serangkaian perlawanan di Nusantara, yang terhebat contohnya Perang Aceh serta Perang Jawa Diponegoro.
Mereka berpikir, apabila tidak diselami dan tidak dilakukan rekayasa dari dalam maka bahaya laten pemberontakan akan sangat mungkin bangkit kembali. Maka, ummat Islam harus dikendalikan, dikooptasi dan dihegemoni. Dengan cara apa? Pelajari ajarannya dan bagaimana bisa ditundukkan.
Paham Ahlussunah Wal Jamaโah yang sufistik, yang disebar oleh pendahulu agama Islam di Nusantara, nyata terbukti adalah dibawa oleh para keturunan Nabi SAW, yang berhijrah baik secara perdagangan atau sebagai duta dakwah dan perdamaian. Maka kedudukan Nasab Nabi sangat dimuliakan di Nusantara, ini kuncinya !
Di era sekarang, sebagai bukti penyebar Islam di Nusantara adalah para Keturunan Nabi yaitu Walisongo, maka mereka telah nyata terisbat secara resmi oleh Naqobah Internasional, baik dari beberapa jalur Keturunan Walisongo yang dari Maghribi, Turki, atau Samarkand Uzbekistan, baik yang jalur Al Hasani atau Al Husaini.
Kembali ke era kolonial, dikarenakan massifnya represi dari Belanda, banyak keluarga Sayyid/Syarif, Maulana, Makhdum (panggilan keturunan Nabi SAW) yang menyembunyikan diri. Walaupun tetap dengan diam-diam menyimpan dan menulis silsilah keluarganya. Ini terjadi di keluarga Kesultanan atau di Keturunan Bani Walisongo.
Mengetahui hal tersebut maka Belanda membuat suatu Project Kooptasi Ummat Islam, dengan menunjuk seorang orientalis yang hafal Al Qurโan, bernama Snouck Hurgronje yang nama samarannya Haji Abdul Gafar atau HABIB PUTIH.
Snouck Hurgronje keliling dari Aceh hingga tanah Jawa, dan dia banyak memberikan rekomendasi kepada Belanda tentang bagaimana cara menaklukkan dan menjinakkan ummat Islam (termasuk harus merebut klaim siapa Cucu Nabi yang paling pantas memiliki otoritas keagamaan di Nusantara).
Di era tersebut, tercatat salah satu kaki tangannya, bernama Utsman bin Yahya, seorang imigran keturunan Baโalawi Yaman yang diangkat oleh Belanda menjadi Mufti Agung Batavia, membuat sebuah kitab serta berfatwa : HARAM MEMBERONTAK PADA PENJAJAH BELANDA, bahkan mendoakan kejayaan bagi Ratu Wilhelmina ketika berulang tahun, Masjid Pekojan 2 September 1898.
Sebuah pertanyaan besar, kenapa seorang keturunan imigran dari negara paling miskin di Arab, dan mengaku keturunan Nabi Muhamamad, kok malah menjadi kaki-tangan penjajah yang menindas ummatnya Muhammad, bahkan mendoakan pemimpin penjajah tersebut. Apakah yang sebenarnya terjadi?
Yang sebenarnya terjadi adalah :
1. Belanda sedang menggunakan kaki-tangannya dalam mencengkeram penjajahan di Nusantara.
2. Kooptasi atas nama Keturunan Nabi dilakukan untuk menipu Ummat Islam di Nusantara.
3. Bila ummat Islam tidak bisa dimurtadkan, maka harus dikacaukan dari dalam.
Bahkan ketika Belandanya kabur dan penjajahan sudah berakhir, kaki-tangannya masih bercokol di negeri ini, dan dengan sombongnya masih melakukan politik rasisnya, yaitu mengembangkan klaim sebagai ras termulia keturunan Nabi SAW. Aplikasi nyata adalah melarang putri-putrinya dengan alasan KAFAโAH atau kesetaraan nasab menikah dengan diluar golongan mereka, dalihnya agar nasabnya ke Nabi tidak terputus. Sementara yang pria, bebas aturan kafaโah tersebut.
Namun benarkah aturan ini dalam Islam? Perlu pembahasan khusus, namun sebagai penyanggah, patut dijawab bagaimana Rosulullah menikahkan putri-putrinya yang tidak hanya Siti Fatimah, dan berapa banyak putri-putri ahlil bait yang menikah dengan diluar keluarganya. Tercatat, yang jelas-jelas keturunan Nabi SAW, seorang yang alim kelas dunia, Sayyid Muhammad Maliki Mekkah, menikahkan putri-putrinya dengan non Sayyid, sebagaj contoh Islam tidaklah rasis sebagaimana yang didengungkan Baโalawi, imigran Yaman di Nusantara ini.
Dan dalam kajian ilmiah dari KH Imaduddin Utsman Al Bantani menyatakan bahwa pengakuan para Kabib Ba’alawi sebagai keturunan Nabi belum terbukti secara ilmiyah, terbukti dari kajian Kitab Nasab, Sejarah serta Genetika. Baโalawi, imigran dari Yaman yang di Nusantara ini paling massif mengaku keturunan Nabi ini, ternyata gagal-total. Dan demi akal sehat berbasisi ilmu pengetahuan, klaim sesat dan menyesatkan itu harus dihentikan.
Selain mereka tidak bisa menunjukkan bukti pengakuan dari negara asal datuknya (Naqobah Saadatul Asyrof Yaman atau Iraq, sebagai asal dari Sayyid Ahmad bin Isa Arrumi Al Husaini), klaim itu sangat membodohi ummat. Dimana cinta kepada Allah dan RasuNya, dibelokkan pada ketundukan ke golongannya, dengan klaim sebagai bukti cinta pada Nabi adalah cinta kepada mereka. Seolah cinta kepada mereka adalah kunci syafaat Nabi atau kunci surga.
Sejujurnya klaim itu juga sebenarnya berbahaya bagi diri mereka sendiri, karena di era globalisasi seperti sekarang ini, hubungan komunikasi dan perjalanan antar negara sangat baik. Bagaimana andai para Naqib Dunia pada berdatangan ke Indonesia, tentu mereka akan memberi kesaksian yang sebenar-benarnya.
Mengaku keturunan seseorang, tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa klaim sepihak, namun harus diakui oleh seluruh keluarga besarnya secara internasional. Apalagi yang diklaim ini adalah sosok paling suci bagi agama Islam, yaitu BAGINDA MUHAMMAD SAW, yang mana keturunannya telah terdata, tersebar di banyak negara dengan membuat Naqobah, lembaga pencatat nasab. Mereka juga saling terkoordinasi baik.
Klaim Sesat & Menyesatkan !
Selengkapnya, berikut ini daftar klaim sesat dari Baโalawi di Indonesia :
1. Mengklaim sebagai keturunan Nabi. Ternyata hanya pengakuan sepihak, tanpa bukti pengakuan dari Naqobah Pencatatan Keluarga Nabi, Naqobah Saadatul Asyrof dari negeri asal leluhurnya.
2. Menerapkan politik rasis peninggalan Belanda, merasa ras paling tinggi & mulia, berdasarkan klaim sesat keturunan Nabi diatas.
3. Membelokkan sejarah para pendahulu penyebar agama Islam di Nusantara kepada nasabnya. Padahal mereka para Baโalawi ini baru kapan ke Nusantara.
Dan ketika beberapa keluarga Bani Walisongo isbat internasioanal ke Naqobah Dunia memakai kitab nasab Baโalawi, seperti Kitab Syamsu Dzohiroh, tidak ada satupun yang keluar isbatnya, namun ketika memakai catatan manuskrip Nusantara yang sepuh, ternyata sesuai/tersambung dengan catatan Naqobah Dunia.
Tercatat trah Sunan Giri sudah keluar isbatnya ke Syekh Abdul Qodir Jilani. Atau trah Sayyid Sulaiman Mojoagung, pendiri ponpes tertua Sidogiri Pasuruan yang juga ke Syekh Abdul Qadir Jilani. Menyusul, trah dari Sunan Ampel yang ke jalur Samarkand, Al Musawi Al Husaini, dan keluarga Kesultanan Indonesia lainnya.
4. Menerapkan politik belah bambu, yang atas ditarik, tapi yang bawah diinjak.
Walisongo diakui keluarganya, tapi keturunanya mayoritas dianggap majhul/terputus. Kasus ini nyata pada salah satu keluarga Ponpes Sidogiri Pasuruan, dimana salah seorang keturunan laki-laki dari Sayyid Sulaiman Mojoagung, dalam sebuah insiden nasabnya dituduh dengan indikasi majhul/terputus. Hingga beliau akhirnya dengan berbekal manuskrip keluarga yang sepuh, maju isbat ke Naqobah Internasional, dan alhamdulilah keluar Syahadah Nasab sebagai Dzurriyah Nabi SAW.
5. Kesalahan fatal Baโalawi berikutnya, gemar mempersekusi atau menuduh palsu nasab orang lain, bahkan dengan mudahnya menuduh Malโun/Terkutuk. Begitu ada pribumi mengaku keturunan Nabi, dengan alasan tidak ilmiah, misal dihubungkan dengan wajah, atau tuduhan yang dangkal lainnya.
Kalau harus wajah NGARAB, di Timur-Tengah sana ngarab semua, apa harus jadi cucu Nabi semua. Nah, bagaimana dengan Sayyid yg di Sudan Afrika, atau di Cina, yg hitam dan sipit karena mutasi gen datuknya kawin turun temurun dengan pribumi.
6. Mudah mengklaim Datuk-datuknya sebagai waliyullah, dan dengan gegabah membandingkan dengan waliyullah lainnya, lalu diklaim Maqom Kedudukannya lebih rendah dari datuknya.
Contoh, yang massif Maqom Waliyullah legendaris yang sangat dihormati di dunia Islam dan Nusanrara, bahkan terkenal sebagai Sulthonul Auliyaโ, rajanya para wali, Syekh Abdul Qodir Jiani Al Hasani (keturunan cucu Nabi dari Sayyidina Hasan), diklaim jauh lebih rendah dibanding Datuk Baโalawi Al Faqih Al Muqoddam.
Pertanyaannya, bagaimana mengukur ketinggian maqom seseorang, apakah sudah merasa lebih tinggi derajatnya dari yang diukur. Dan bagaimana perasaan keturunan dan pengikut thoriqohnya. Kemudhorotan klaim ini jauh lebih besar dari pencerahan akan ketauladanannya.
7. Mengklaim organisasi Islam seperti NU adalah berdiri karena Baโalawi, pertanyaannya adakah Baโalawi ikut tercantum sebagai pendiri NU?
Dan jangan lupa setelah NU berdiri 1926, menyusul tahun 1928 Robithoh Alawiyah juga berdiri atas restu Belanda. Kenapa mendirikan organisasi sendiri yang ekslusif, mengapa tidak bergabung saja dengan NU sebagai sesama penganut Ahlussunah Wal Jamaโah yang inklusif.
Dalam peristiwa Sumpah Pemuda 1928, etnis Arab telat hampir 6 tahun dukungannya, itupun karena perjuangan Arab Masyaikh non Baโalawi yang ternyata juga mendapatkan perlakuan rasis dari Baโalawi (contoh, hukum kafaโah nikah). Sehingga kaum Arab Masyaikh yang semula juga menikmati warga kelas 2 di era penjajahan, akhirnya merapat ke tokoh-tokoh pergerakan Indonesia.
8. Mengklaim hari kemerdekaan, lambang negara, bendera merah-putih, dan banyak hal tentang kemerdekaan Indonesia atas restu Baโalawi. Sungguh keterlaluan klaim ini..!!
Tanggal Kemerdekaan itu ada panitianya, rapat berbulan2, sejak BPUPKI hingga PPKI, dan disitu Baโalawi tidak ada 1 pun jadi anggotanya. Lalu lambang negara Garuda, itu sudah sejak lama dipakai oleh Kerajaan2 di Nusantara. Burung Garuda itu burung suci mitologi sebelum agama Islam masuk ke Nusantara.
Sementara bendera merah putih, sudah dipakai sejak era Kediri dan Majapahit. Para Founding Fathers terinspirasi bahwa NKRI adalah kelanjutan dari kebesaran Kerajaan-kerajaan Nusantara di masa silam. Jadi bukan terisnpirasi oleh Yaman, sebuah negeri yang hingga sekarang, maaf, masih miskin dan kacau-balau.
Jadi tolonglah, sebagai himbauan seeta nasehat, agar segala narasi dan klaim sesat itu dihentikan. Demi menjaga kondusivitas seluruh elemen berbangsa bernegara di Republik yang kita cintai ini.
Begitulah uraian dari kami yang sebenarnya bisa diuraikan lebih panjang lebar lagi. Namun semua ini dilakukan dengan tujuan rasa sayang sebagai sesama anak bangsa. Kita hanya akan mampu menjadi bangsa besar, manakala hidup saling menghormati tanpa merasa lebih tinggi dan mulia. Dari sikap kebersamaan da toleransi itu akan tumbuh kekuatan serta kebahagiaan yang sejati.
Waallahu Alam
Previous PostCARA MENANGANI POLEMIK NASAB PALSU PADA MASA DAULAH ABBASIYAH ABAD 8M
Next PostAnalisa Debat Banten: Ust. Idrus Romli Dan Wafi Tidak Menyadari, Argumentasi Mereka Mendukung Kiai Imaduddin
Related articles
Keturunan Nabi Muhammad SAW yang Ada Sekarang Bukan Ahlul Bait: Penjelasan Berdasarkan Al-Qur’an, Hadis, dan Pendapat Ulama
ownerJan 19, 2025