MUI Temukan Fakta Makam Mbah Priok. Mbah Priok Bukan Tokoh Penyiar Islam di Betawi.

MUI Temukan Fakta Makam Mbah Priok. Mbah Priok Bukan Tokoh Penyiar Islam di Betawi.

Pengkaji Kasus Makam Eks TPU Dobo yang dibentuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) menemukan beberapa fakta keliru tentang keberadaan Makam Mbah Priok.

Fakta keliru itu diketahui setelah tim tersebut melakukan penelitian secara menyeluruh mulai dari sisi sejarah, keagamaan dan keberadaan makam tersebut.

Kekeliruan tersebut telah disebarkan oleh ahli waris makam yang tercantum dalam Risalah Manaqub kepada peziarah yang datang.

Menurut Ketua Tim Pengkaji Safii Mufid, penelitian dilakukan berdasarkan prinsip ilmiah yang ketat dalam menyaring informasi dan verifikasi, sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi.

“Tapi tidak ada masukan dari pihak ahli waris karena setiap diundang tidak pernah hadir,” katanya.

Salah satu kesalahan yang dalam manuskrip yang sudah tersebar di masyarakat serta media massa sejak peristiwa Koja 14 April lalu, yang paling mendasar terdapat pada tahun kelahiran dan kematian Habib Hasan Al Hadad yang tertulis tahun 1927 dan meninggal dunia pada 1756.

Sementara mengenai riwayat hidupnya dikatakan pada risalah sebagai seorang da’i atau mubaligh serta turut menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Namun berdasarkan data yang didapatkan adalah seorang yang bekerja sebagai awak kapal dagang milik pelaut bernama Sayyud Syech bin Agil Madihij.

Dari sudut keyakinan dan praktik keagamaan yang dilakukan yang berlangsung di komplek eks pemakaman TPU Dobo selama ini, Mufid menyatakan ada beberapa penyimpangan yang dilakukan oleh para pengelola (juri kuncen) terhadap ajaran agama Islam dengan menyebutkannya sebagai wali Allah.

“Sehingga ada kultus yang berlebihan terhadap makam Habib Hasan bin Muhammmad Al Hassan,” ungkapnya.

Salah satunya, dengan melarang para peziarah untuk berpakaian serba putih dan dilarang menggunakan celana panjang.

Bahkan, ketika meninggalkan makam pengunjung diharuskan melangkah mundur dan dilarang memalingkan wajahnya dari lokasi makam yang berada di hadapannya.

“Selain itu juga soal keyakinan air mineral yang dibawa ke dalam makam dapat membawa berkah dan air dalam makam nilainya sama dengan zam-zam di Makkah,” tuturnya.

Bahkan beberapa materi ceramah yang diperdengarkan kepada pengunjung dengan mengungkapkan kalau Mbah Priok akan hadir bersama dengan para jamaah di tengah kematiannya.

Pernyataan tersebut dinilai lebih memuliakan keberadaan makam tersebut dibandingkan dengan Ka’bah di Makkah, Arab Saudi.

“Bahkan kalau kita mati kita akan dijemput oleh Habib Hasan dan Rasulullah SAW,” sahutnya dalam Konferensi Pers pengumuman Tim Kajian Eks TPU Dobo.

Karena itu, agar tidak lagi terjadi kesalahpahaman di masyarakat, pihaknya meminta kepada pemerintah untuk segera melakukan penjernihan sejarah.

Mulai dari tahun kelahiran dan kematian Habib Hasal Al Hadad hingga sebagai salah satu penyebar agama Islam di Batavia mesti ditegaskan.

Termasuk penyebutan toponomi Tanjung Priok yang bukan saja asing dalam mitologi orang Betawi tetapi juga secara historis kebenaran faktualnya tidak dapat diterima.

Rekomendasi yang paling utama dengan melakukan penulisan ulang dan mensosialisasikannya kepada masyarakat ke dalam sebuah tulisan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sehingga dapat menggantikan risalah yang disebarkan oleh pengelola makam dan memasukkan kandungan faktual dibandingkan dengan mitos.

https://news.republika.co.id/berita/omhcfh330/tim-pengkajian-mui-mbah-priok-bukan-tokoh-penyiar-islam-di-betawi

https://regional.kompas.com/read/2010/08/09/20205971/mui.temukan.fakta.makam.mbah.priok




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *