Surat Untuk Rabithah Alawiyah Dan Gus Rumail
Penulis, pagi tadi, telah mengirimkan surat yang ditujukan kepada ketua Rabitah Alawiyah (RA) di Jakarta dan Gus Rumail di Jepara. Surat itu, kepada Ketua RA, terkait dengan masih masifnya para keturunan Ba Alawi yang mengaku dihadapan publik sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw, padahal mereka tidak bisa menunjukan bukti, baik secara pustaka maupun hasil uji DNA, bahwa mereka nasabnya tersambung kepada Nabi Muhammad Saw. Sedangkan, surat kepada Gus Rumail terkait klaimnya tentang penemuan kitab sezaman, mungkin besok surat itu baru sampai di Kantor Rabitah Alawiyah. Dan butuh beberapa waktu sampai ke Jepara.
Terkait dengan tulisan Gus Rumail bahwa ia menemukan bukti sezaman itu, penulis tidak melihatnya demikian. Beberapa sanad hadits yang ditampilkan oleh Gus Rumail yang katanya dari sebuah manuskrip sezaman itu mencurigakan. Ia tanpa alamat. Tiada penulis yang disebutkan. Tiada tahun penulisan yang dinyatakan. Katanya masih dirahasiakan. Bukan rahasia, tetapi karena itu hanya PHP belaka. Manuskrip itu bukan tentang tahun yang disebutkan, tetapi tentang tahun berapa manuskrip itu ditulis. Isinya pun membagongkan. Misalnya tentang sanad hadis yang menyebut โtelah menceritakan kepadaku ayahku dan pamanku Ubaidillah, keduanya putra Ahmad al-Abahโฆโ kalimat ini nampak sekali dipaksakan. Muhammad bin Ali Ba Alawi, baik ia โSohib Mirbat atau ia โFaqih muqoddamโ, tidak dikenal sebagai perawi hadits. Jelas itu manuskrip abal-abal.
Gus Rumail juga mengatakan: ia menemukan bukti sezaman Ahmad al-Muhajir. Jelas, jika yang dimaksud Ahmad al-Muhajir itu adalah Sayid Ahmad bin Isa, tentu bukti sezaman itu banyak. karena Sayyid Ahmad bin Isa memang sosok historis yang terekam kitab-kitab nasab sezaman atau yang mendekatinya. Sedangkan yang dipermasalahkan adalah bukti sezaman yang menyatakan bahwa Sayyid Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Ubaidillah. Ini yang tidak akan pernah ditemukan sampai โpuyuh buntutenโ.
Selain itu, Gus Rumail juga mengaku ia menemukan bukti sezaman Muhammad โSohib Mirbatโ dan โFakih Muqoddamโ. Ini juga tidak mungkin. Algoritma penelusuran kitab-kitab abad enam sampai Sembilan, mengarah kepada bahwa Muhammad โSohib Mirbatโ adalah fiktif. Sedangakan, โFakih Muqoddamโ fakta kesejarahannya meragukan dan glorifikasi individunya kental. Ia bukanlah ia yang disebut dalam tulisan-tulisan Ba Alawi. Kitab-kitab berangka tahun yang sama dengan โSohib Mirbatโ Ba Alawi banyak ditulis, namun ia tidak menyebut ada sosok seorang Ba Alawi yang bernama Muhammad โSohib Mirbatโ yang tinggal di Mirbat.
Manuskrip kitab โArbainโ karya Ali bin Jadid yang diklaim Gus Rumail telah ditemukannya dikatakan di dalamnya ia (Ali bin Jadid) mendapatkan riwayat dari Muhammad โSohib Mirbatโ dan kakek-kakeknya. Luar biasa, tokoh fiktif dapat meriwayatkan hadits. Terlepas dari semua itu, setiap klaim bisa diuji, kita hargai energi yang telah dikeluarkan itu, baik moril maupun materil.
Gus Rumail mengatakan: โTinggal tentukan saja tempat dan waktunya, jika memang ada kekosongan jadwal akan saya datangi ke sana. Saya punya banyak sebutan dan panggilan, tapi โkabur dari dialogโ bukanlah salah satunya.โ
Penulis telah menyampaikan undangan diskusi melalui sahabat Hanif Farhan. Sebelum Sahabat Hanif Farhan menentukan waktu, Gus Rumail menjawab: โStatus saya kemarin sepertinya harus saya kasih disclaimer seperti berikut: Pertama saya ada pekerjaan di rumah. Kemungkinan akhir pekan (sabtu-minggu) saya bisa meluangkan waktu. Kedua, November-Desember ini saya memang belum bisa kemana-mana jika jaraknya tidak memungkinkan โsore sudah bisa pulangโโฆ.โ. intinya Gus Rumail, tidak siap berdiskusi dalam waktu dekat di Banten seperti statusnya di youtube โtinggal tentukan saja tempat dan waktunyaโฆโ.
Melihat beberapa youtuber yang mengkoreksi klaim sumber sezaman Gus Rumail yang penuh kerancuan, penulis sebenarnya sudah pesimis apakah bermanfaat berdiskusi dengan Gus Rumail, tetapi penulis khawatir bahwa kesengajaan berbohong tidak mendapat nasihat yang diperlukan untuk keselamatan dunia dan akhirat saudara sesama muslim. Alasan demikian pulalah kenapa penulis banyak membagi waktu antara menjalankan tugas utama mengajar santri, dan menulis masalah nasab serta membaginya kepada kaum muslimin. Penulis yakin, saudara-saudaraku Ba Alawi yang hari ini marah, mereka nanti di hadapan Allah dan rasul-Nya akan berterimakasih.
Penulis: Imaduddin Utsman al-Bantani
Sumber tulisan : https://rminubanten.or.id/surat-untuk-rabithah-alawiyah-dan-gus-rumail/