Mengenali Pola Ideologi Neo-Daulah Fatimiyah: Taqiyyah dan Bahaya Penyesatan Identitas Religius Transnasional


Mengenali Pola Ideologi Neo-Daulah Fatimiyah: Taqiyyah dan Bahaya Penyesatan Identitas Religius Transnasional

Oleh Redaksi Walisongobangkit.com, Mei 31, 2025

Pasca Reformasi, gejolak ideologi keagamaan transnasional kian terasa dalam tubuh masyarakat Indonesia. Salah satu bentuknya adalah hadirnya kelompok elit spiritual yang menjual legitimasi keturunan demi klaim otoritas keagamaan. Kelompok ini tampil dalam wujud modern namun membawa warisan lama: ideologi Fatimiyah Ismailiyah, yang menyebarkan ajaran melalui strategi takiyyah, kultus darah, dan pelecehan terhadap tradisi ulama pribumi.

Sebagaimana dipaparkan oleh KH Imaduddin Utsman al Bantani, Prof. Dr. Manachem Ali, dan didukung temuan genetika oleh Dr. Sugeng Sugiarto dan Dr. Michael Hammer, kelompok yang dimaksud memiliki struktur ideologi yang menyerupai model gerakan Syiah Ismailiyah klasik—dengan wajah baru yang membaur dalam lingkungan Sunni.


🔥 Ciri-Ciri Gerakan Neo-Daulah Fatimiyah Gaya Baru

1. Taqiyyah dan Mimikri Sunni

Mereka menyebut diri bermadzhab Syafi’i, berpakaian ala santri, dan tampil di majlis sholawatan. Tapi sebagaimana yang diingatkan oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin:

“Sesungguhnya taqiyyah yang disalahgunakan adalah bentuk kebohongan atas nama agama, dan itu termasuk dari nifaq.”
(Ihya’ Ulumuddin, Jilid 3, Bab Syu’ab al-Nifaq)

Strategi menyembunyikan keyakinan batiniah demi keuntungan duniawi adalah bentuk pengkhianatan terhadap akidah Ahlussunnah wal Jama’ah.


2. Klaim Nasab Palsu & Pemalsuan Sejarah

Dalam Bughyatul Mustarsyidin, Syekh Abdurrahman Ba’alawi (ulama Yaman) mengingatkan:

“Tidak halal seseorang mengaku-aku nasab kecuali dengan dua bukti: mutawatir dari para ulama nasab, atau shahifah yang musalsal sanadnya.”
(Bughyatul Mustarsyidin, hlm. 223)

Dalam konteks Indonesia, klaim bahwa sebagian tokoh Ba’alwi adalah keturunan Nabi Muhammad SAW gugur secara ilmiah karena:

  • Nama “Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir” tidak pernah muncul dalam kitab-kitab mu’tabarah sebelumnya.
  • Tidak ada sanad mutawatir atau catatan otentik bertarikh valid.
  • Tes DNA Y-Haplogroup menunjukkan bahwa mereka tidak membawa genetik J1-Z640, yang menjadi ciri khas keturunan Bani Hasyim.

3. Kultus ‘Muhibbin’ dan Pemujaan Individu

Dalam Syarh al-Mawaqif karya Al-Jurjani, dijelaskan:

“Memuliakan Ahlul Bait adalah kewajiban, namun menjadikan mereka sebagai hujjah tanpa ilmu adalah penyimpangan.”
(Syarh al-Mawaqif, Juz 2, hlm. 108)

Konsep “muhibbin” dijadikan alat pengkultusan yang membutakan akal. Bahkan, sebagian “jamaah” diajari bahwa mencintai habaib lebih utama dari mencintai ulama mujahid yang wafat di medan perjuangan.


4. Menghapus Budaya Ulama Pribumi

Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nihayatuz Zain menulis:

“Ulama yang tahu kondisi kaumnya lebih layak diikuti dibanding yang tidak paham medan dan tradisi.”
(Nihayatuz Zain, Bab Taqlid)

Namun kini, budaya lokal seperti barzanji, silat, dan kesenian Islam justru dihina oleh kelompok ini sebagai hal yang tidak memiliki keistimewaan sama sekali, sembari menyebarkan budaya elite mereka yang eksklusif dan feodalistik.


5. Rekayasa Sejarah & Perampokan Makam Leluhur

Telah terjadi pengubahan identitas pada makam-makam leluhur Jawa seperti:

  • KRT Sumadiningrat diubah menjadi “bin Yahya”
  • Mbah Malik, dzurriyyah Pangeran Diponegoro, diubah menjadi “bin Yahya”

Menurut Prof. Dr. Anhar Gonggong, ini adalah penjajahan sejarah yang berbahaya. Sejarah Indonesia dirampok untuk legitimasi kelompok tertentu.


6. Adu Domba & Politik Ketertindasan Palsu

Mereka berpura-pura tertindas untuk mengadu domba umat Islam. Padahal di balik layar, mereka adalah kelompok elit yang menguasai donasi, jejaring tokoh, dan institusi keagamaan formal.


🛡️ Kesimpulan: Lawan Penipuan Religius dengan Ilmu

Para ulama seperti KH Imaduddin Utsman al Bantani telah memperingatkan bahwa gerakan spiritual yang menipu publik dengan klaim nasab, citra sholih, dan propaganda haul hanyalah kolonialisme ruhani. Ini adalah bentuk baru dari Syiah Ismailiyah yang menyusup dalam tubuh umat Sunni.

Sudah saatnya umat Islam kembali kepada ulama warasatul anbiya, yang sanad keilmuannya bersambung, bukan berdasarkan darah dan pencitraan.

Sebagaimana firman Allah:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.”
(QS Al-Isra: 36)


📚 Referensi

  • Imaduddin Utsman al Bantani, Dekonstruksi Nasab Klan Ba’alawi, 2022
  • Prof. Dr. Manachem Ali, Kritik Filologis atas Nasab Alawiyyin, UNAIR
  • Dr. Sugeng Sugiarto, Studi Genetik Keturunan Bani Hasyim di Indonesia, UI
  • Dr. Michael Hammer, Y Chromosome and Jewish Priestly Lineages, Univ. Arizona
  • Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin
  • Syekh Abdurrahman Ba’alawi, Bughyatul Mustarsyidin
  • Syekh Al-Jurjani, Syarh al-Mawaqif
  • Syekh Nawawi al-Bantani, Nihayatuz Zain
  • Prof. Dr. Anhar Gonggong, Pelurusan Sejarah Indonesia

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *