Menguliti Syair Abu Bakar bin Salim: Mengapa Ajaran Klan Ba’alwi Butuh Dikritisi?

*Menguliti Syair Abu Bakar bin Salim: Mengapa Ajaran Klan Ba’alwi Butuh Dikritisi?*

Oleh Redaksi Khusus Walisongobangkit.com

 

Di tengah maraknya glorifikasi terhadap tokoh-tokoh dari klan Ba’alwi di Indonesia, publik seakan lupa bahwa tidak semua yang berlabel “Habib” membawa ajaran yang lurus. Salah satu contoh yang layak menjadi perhatian serius adalah syair-syair Abu Bakar bin Salim (w. 992 H), figur sentral dalam tarekat dan pengaruh spiritual Ba’alwi. Syair-syairnya bukan hanya sarat pujian diri, tapi menyimpan pesan-pesan yang secara terang-terangan bertentangan dengan prinsip tauhid dalam Islam.

 

*Mari kita telaah isinya.*

*1. Mengklaim Eksistensi Sebelum Segala Sesuatu Ada*

> “Aku telah ada sebelum-sebelum permulaan…”

Dalam syair ini, Abu Bakar bin Salim menyatakan dirinya “ada sebelum permulaan”. Ini bukan puisi sufistik biasa. Ini bentuk ta’alluq bil azal — mengaitkan diri dengan keberadaan mutlak sebelum waktu. Dalam teologi Islam, hanya Allah yang bersifat Qadim (tidak berawal). Ketika seorang manusia mengklaim “ada sebelum ada itu ada”, maka itu bukan lagi majaz, tapi bentuk tasyabbuh dengan sifat ketuhanan.

*2. Mengaku Pemberi Syafaat dan Pemadam Neraka*

> “Aku memberi syafaat bagi para pendosa…”

“Aku memadamkan api neraka Jahim.”

Pernyataan ini secara eksplisit melampaui hak Rasulullah ﷺ sendiri yang hanya diberi izin untuk memberi syafaat oleh Allah. Bahkan dalam dalil yang sahih, Nabi pun mengatakan:

> “Aku tidak tahu apa yang akan Allah lakukan terhadapku dan terhadap kalian.” (QS. Al-Ahqaf: 9)

Apalagi manusia biasa selain Nabi yang mengklaim sebagai pemadam api neraka. Ini bukan sekadar keliru, tapi merupakan bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuliakan manusia.

*3. Menyebut Dirinya Arasy dan Kursi Allah*

> “Akulah Arasy-nya dan Kursi-nya, dan akulah yang membangun langit-langitnya.”

Ini bukan sekadar metafora. Dalam kajian tauhid, Arasy dan Kursi adalah ciptaan Allah yang agung dan menjadi tempat istiwa’-Nya. Mengklaim sebagai Arasy dan Kursi, dan bahkan pembangun langit, jelas bertabrakan dengan asas paling dasar dalam Islam, yaitu:

> “Allahu khaliqu kulli syai’…”

“Allah-lah pencipta segala sesuatu.” (QS. Az-Zumar: 62)

*4. Menjadikan Diri Sebagai Pusat Segalanya*

> “Mata hakekat adalah mataku…”

“Akulah mataharinya yang tetap bersinar…”

Klaim demi klaim ini menyiratkan pengultusan ekstrem. Abu Bakar bin Salim menjadikan dirinya pusat keberadaan, mata kebenaran, bahkan cahaya eksistensi. Ini bukan tasawuf yang dibimbing wahyu. Ini menyerempet wilayah filsafat eksistensial gnostik yang sudah lama ditolak oleh para ulama Sunni seperti Imam al-Ghazali dan Ibn Taimiyyah.

*Menormalisasi Penyimpangan atas Nama Karomah*

Sayangnya, di berbagai pengajian dan majelis, syair-syair seperti ini justru dibacakan dengan penuh pengagungan. Dianggap sebagai bentuk karomah, padahal sejatinya mengandung kesesatan akidah yang nyata.

*Pertanyaannya:*

Apakah karena berlabel “Habib”, kita harus menutup mata dari penyimpangan aqidah?

*Mengapa Ini Berbahaya?*

Membiarkan umat menerima ajaran seperti ini tanpa kritis justru melanggengkan penyimpangan yang bisa berujung pada kemusyrikan kultural. Umat Islam bisa terjerumus pada:

Kultus individu dan pengalihan sifat ketuhanan kepada manusia.

Keyakinan bahwa seseorang selain Nabi bisa memberi syafaat mutlak dan menyelamatkan dari neraka.

Penyimpangan akidah generasi muda yang memuja tokoh, tapi abai pada tauhid.

*Solusi: Kembali ke Ajaran Rasulullah ﷺ*

Kita sebagai bangsa yang mayoritas Muslim harus sadar: tauhid adalah jantung Islam. Rasulullah ﷺ sendiri melarang pengagungan berlebihan.

 

“Janganlah kalian memujiku seperti orang Nasrani memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah hamba Allah, maka katakanlah: hamba dan utusan-Nya.” (HR. Bukhari)

 

*Sudah saatnya publik Muslim Indonesia:*

✅ Berani bersikap kritis terhadap ajaran-ajaran klan Ba’alwi yang menyimpang.

✅ Menolak ajaran yang bertabrakan dengan al-Qur’an dan sunnah, walau dibungkus syair indah.

✅ Menghidupkan kembali semangat keilmuan dan tauhid yang murni, warisan para ulama Nusantara sejati.

*Penutup*

Kesesatan itu tak selalu datang dalam bentuk kasar. Kadang ia dibungkus dalam bahasa syair, gelar mulia, dan cerita karomah. Tapi ketika kontennya menyalahi tauhid, maka wajib bagi setiap Muslim — ulama, cendekiawan, dan rakyat biasa — untuk meluruskan dan mencerahkan.

Karena mencintai Nabi bukan dengan membela klan. Tapi dengan menjaga kemurnian ajaran beliau.

Berikut isi text syair sesatnya:

SYA’IR SYA’IR SESAT HABIB ABU BAKAR BIN SALIM

ABU BAKAR BIN SALIM ADA SEBELUM KATA ADA ITU ADA
أنا قبل قبل القبل، وبدئت على هاليها،
أنا أعطيت كل الفضل، تكرم علي باريها.

Aku telah ada sebelum-sebelum permulaan,
dan aku memulai dari asal-muasalnya. Akulah
yang telah memberikan seluruh anugerah,
karena Sang Pencipta telah memuliakanku
dengannya.

ABU BAKAR BIN SALIM SANG PEMBERI
SYAFAAT
أنا المجتبي بين أهلي، وشفعت في عاصيها،
أنا شيخ أهل الوصل، تكرم علي وليها.

Akulah yang terpilih di tengah kaumku, dan
aku memberikan syafaat bagi para pendosa di
dalamnya. Akulah guru bagi para pencapai
penyatuan (spiritual), dan penguasa negeri ini
telah memuliakanku.

ABU BAKAR BIN SALIM BISA PADAMKAN API
NERAKA
أنا أعدل، أنا إلى ولي، وأنا شيخها قاضيها،
أنا حتف لأهل الخذل، ونار الجحيم أطفيها.

Akulah yang menegur yang menyimpang, akulah tempat berlindung bagi yang kembali, dan aku adalah pemimpin sekaligus hakimnya. Akulah kehancuran bagi para pencela, dan aku memadamkan api neraka Jahim.

ABU BAKAR BIN SALIM SANG PENJAGA SEJATI BAGI PARA MUHIBBIN

وَسَيُسْقَى وُدُّ زُغْفِي مَجْلِي، وَأَعْقَبَ عَلَى تَالِيْهَا.
وَمَنْ كَانَ يُنْكِرُ فِعْلِي، يُحْرَبَ وُأَنَا حَامِيهَا.

Pedangku adalah kasih sayang yang menjaga majlisku dan aku mewarisi generasi-generasi setelahnya. Siapa saja yang mengingkari, maka ia akan di perang, dan akulah pelindungnya.

أَنَا بِارْهَا وَالشَّهَبْ، وَأَنَا لِلْمَعَانِي أَقْرَبُهَا.
وَعَيْنُ الْحَقِيْقَةِ عَيْنِي، وَأَشْرَبُ مِنْ سَاقِيهَا.

Akulah rajawalinya dan bintang-bintang adalah anak panahku, akulah yang membaca surah-surah agung (al-Matsani) itu. Mata hakekat adalah mataku, dan aku minum dari pemilik cawan hakekat itu.

ABU BAKAR BIN SALIM SOSOK YANG PALING DI BANGGAKAN

وَفَخْرُ الْوُجُوْدِ فَخْرِي، أَبُوْ بَكَرْ لِي يَحْمِيْهَا،
فَقَدْ طَابَ فِيْهَا أَصْلِي، أَنَا لِلْفُرُوْعِ أُغْذِيْهَا.

Kebanggaan seluruh wujud adalah kebanggaanku, dan Abu Bakar-lah yang
menjadi pelindung bagi jalanku ini. Telah harum asal-usulku di dalamnya, dan akulah yang memberi makan pada seluruh cabang-cabangnya

ABU BAKAR BIN SALIM MATAHARI YANG BERSINAR
وراقت حميا قربي، وإني لها ساقيها،
إذا أفلت شموس الكلّ، أنا شمسُها ضاحيها.

Menjadi indahlah arak kedekatanku kepada Tuhan, dan akulah yang menuangkannya bagi para salik. Jika matahari seluruh makhluk tenggelam, maka akulah mataharinya yang tetap bersinar terang.

ABU BAKAR BIN SALIM YANG MENDIRIKAN LANGIT
أنا عرشُها والكُرسيّ، وأنا للسَّما بانيها.

Akulah Arasy-nya dan Kursi-nya, dan akulah yang membangun langit-langitnya




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *